Contoh Kasus dari Faktor Ekonomis, Biologis, Psikologis dan Budaya
1. Contoh Kasus Faktor Ekonomi
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.302
per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot sore ini,
Jumat (30/11). Posisi ini menguat 81 poin atau 0,56 persen dari kemarin
sore, Kamis (29/11). Sementara kurs referensi Bank Indonesia
(BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di
posisi Rp14.339 per dolar AS atau menguat dari kemarin di Rp14.408 per
dolar AS. Di kawasan Asia, rupiah memimpin penguatan mata uang.
Diikuti baht Thailand yang menguat 0,09 persen, yen Jepang 0,03 persen,
renminbi China 0,02 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen. Beberapa mata uang lain di Asia bersandar di
zona merah. Won Korea Selatan melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia
minus 0,1 persen, dolar Singapura minus 0,04 persen, rupee India minus
0,03 persen, dan peso Filipina minus 0,03 persen.
Sedangkan
mayoritas mata uang utama negara maju justru melemah dari dolar AS.
Hanya franc Swiss yang menguat 0,04 persen dari mata uang Negeri Paman
Sam. Sementara rubel Rusia melemah 0,59 persen, dolar Australia
minus 0,2 persen, dolar Kanada minus 0,18 persen, euro Eropa minus 0,16
persen, dan poundsterling Inggris minus 0,04 persen.
2. Contoh Kasus Faktor Biologis
Psikolog Liza Marielly Djaprie menjelaskan, bahwa homoseksual atau
lesbian merupakan kecenderungan perilaku seks seseorang yang menyimpang,
di mana orang tersebut lebih memilih untuk berhubungan sesama jenis.
“Penyebab seseorang bisa menjadi seperti itu (LGBT) karena tiga hal
yaitu pertama, biologis, yang mana memang dia secara dari lahir sudah
membawa genetika tersebut, yang mana biasanya hormon seseorang itu
seimbang akan tetapi bagi seorang yang seperti itu hormon mereka tidak
seimbang atau ada hormon yang lebih dibanding hormon satunya,” demikian
jelas Dosen dari Universitas Pancasila tersebut, kepada Aktual.com, di Jakarta, Senin (25/01).
Faktor kedua, menurut ia, adalah trauma. Yaitu pernah disakiti oleh figur penting di dalam keluarga.
“Entah itu kakek, nenek, orang tua atau kakak dan adik, dan bisa juga
karena lawan jenis dari pacar-pacarnya terdahulu yang mengakibatkan
trauma padanya, sehingga merasa lebih nyaman dengan sesama jenis,” tutur
ia menambahkan.
“Ketiga adalah pergaulan, di sini mereka sebenarnya normal ‘tidak
membawa hormon genetika tersebut seperti nomor 1 tadi’ akan tetapi
karena pergaulan akhirnya ia terbawa. Dan itu masuknya ke dalam teori
dasar psikologi. Jadi yang tadinya tidak seperti itu, tapi karena adanya
proses pembelajaran lingkungan maka ia jadi seperti itu,” papar ia
menambahkan.
Clinical case supervisor dari Universitas Atma Jaya ini kembali
menerangkan, bahwa untuk waktu tertentu seseorang bisa menjadi homo
seksual sendiri itu kembali pada tiga hal. Yakni, biologis atau bawaan
dari lahir di mana pria lebih feminim dan wanita lebih tomboi atau
maskulin.
“Akan tetapi biasanya tidak semua menjadi seperti itu (homo).
Sedangkan untuk yang kedua dan ketiga itu jika trauma pasti saat remaja
setelah mengalami trauma atau pernah mengalami hal-hal ‘traumatic’ dalam
dirinya yang menyebabkan meletusnya atau meledaknya homoseksualitasnya.
Sedangkan untuk lingkungan pergaulan itu sudah pasti dewasa,”
tandasnya.
3. Contoh Kasus Faktor Psikologis
Bagi sebagian orang, bekerja adalah passion. Ketika orang tersebut
mendapatkan kepuasan dari apa yang dikerjakannya, maka tidak ada hal
lain lagi yang lebih penting untuk didapatkan. Termasuk, pujian dari
atasan.
Tapi tentunya nggak semua demikian. Ada juga yang
menganggap pujian dan apresiasi dari atasan sebagai hal yang mutlak
diberikan, ketika seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan apalagi
memuaskan. Kadang terasa menyebalkan bila sudah bekerja maksimal, tapi
tidak ada tanda-tanda atasan terpuaskan.
"Kalau misalnya kamu
merasa nggak tahu nih, harapannya apa, ekspektasinya apa? Kamu boleh
komunikasikan secara asertif kepada bos kamu," saran Talissa Carmelia, psikolog klinis dari Personal Growth.
4. Contoh Kasus Faktor Budaya
Untuk mempertegas toleransi antara umat beragama di Maluku, Kabupaten
Buru menggelar Festival Bupolo di Jalan Simpan Lima, Kota Namlea, Rabu
11 Oktober 2017 sore. Kegiatan ini mengakomodir seluruh golongan,
budaya, ras, dan agama.
Bupati Buru Ramly Umasugi saat melepaskan
peserta Festival Bupolo mengatakan, identitas keberagaman harus
dilestarikan demi tercapainya subuah karakter bangsa yang beradab.
Apalagi di Pulau Buru banyak suku, agama dan golongan hidup saling
berdampingan.
“Di tanah Bupolo, terdiri dari berbagai agama,
suku, dan golongan. Untuk merawat perbedaan ini tetap rukun dalam satu
bingkai perdamaian, kita selalu memperlakukan mereka secara adil dengan
tidak menghilangkan identitas masing-masing,” kata Umasugi.
Menurut
dia, festival yang dilakukan selain untuk menyambut HUT ke-18 Kabupaten
Buru, juga untuk menunjukan pesona Bupolo dan mempertegas toleransi
kepada khalayak Maluku. Dia mengatakan, dengan merawat keragaman, Maluku
dan Indonesia akan mencapai tujuan hidup yang harmonis dan sejahtera,
tanpa dihantui rasa takut.
“Saya ajak seluruh masyarakat agar tetap menjaga hubungan kemanusian
ini. Berbeda identitas dan keyakinan, bukan berarti kita juga berbeda.
Namun, tetap menjadi modal untuk merawat kebhinekaan kita,” ujarnya.
src:
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181130171707-78-350318/terus-menguat-rupiah-sentuh-rp14302-per-dolar-as
- https://www.aktual.com/psikolog-ini-penyebab-seseorang-bisa-jadi-homo-atau-lesbian-1/
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4320910/ketika-kerja-adalah-passion-perlu-nggak-sih-ada-pujian-dari-atasan?_ga=2.114861570.428657829.1543595046-1573256132.1543595046
- https://daerah.sindonews.com/read/1247691/174/festival-bupolo-pertegas-nilai-toleransi-di-maluku-1507789816
Home
»
Tugas SoftSkill
» Softskill(Ilmu Sosial Dasar) Contoh Kasus dari Faktor Ekonomis, Biologis, Psikologis dan Budaya
Jumat, 30 November 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar