Jumat, 30 November 2018

Contoh Kasus dari Faktor Ekonomis, Biologis, Psikologis dan Budaya 

1. Contoh Kasus Faktor Ekonomi

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.302 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot sore ini, Jumat (30/11). Posisi ini menguat 81 poin atau 0,56 persen dari kemarin sore, Kamis (29/11). Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.339 per dolar AS atau menguat dari kemarin di Rp14.408 per dolar AS. Di kawasan Asia, rupiah memimpin penguatan mata uang. Diikuti baht Thailand yang menguat 0,09 persen, yen Jepang 0,03 persen, renminbi China 0,02 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen. Beberapa mata uang lain di Asia bersandar di zona merah. Won Korea Selatan melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia minus 0,1 persen, dolar Singapura minus 0,04 persen, rupee India minus 0,03 persen, dan peso Filipina minus 0,03 persen.

Sedangkan mayoritas mata uang utama negara maju justru melemah dari dolar AS. Hanya franc Swiss yang menguat 0,04 persen dari mata uang Negeri Paman Sam. Sementara rubel Rusia melemah 0,59 persen, dolar Australia minus 0,2 persen, dolar Kanada minus 0,18 persen, euro Eropa minus 0,16 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,04 persen.


2. Contoh Kasus Faktor Biologis

Psikolog Liza Marielly Djaprie menjelaskan, bahwa homoseksual atau lesbian merupakan kecenderungan perilaku seks seseorang yang menyimpang, di mana orang tersebut lebih memilih untuk berhubungan sesama jenis.

“Penyebab seseorang bisa menjadi seperti itu (LGBT) karena tiga hal yaitu pertama, biologis, yang mana memang dia secara dari lahir sudah membawa genetika tersebut, yang mana biasanya hormon seseorang itu seimbang akan tetapi bagi seorang yang seperti itu hormon mereka tidak seimbang atau ada hormon yang lebih dibanding hormon satunya,” demikian jelas Dosen dari Universitas Pancasila tersebut, kepada Aktual.com, di Jakarta, Senin (25/01).

Faktor kedua, menurut ia, adalah trauma. Yaitu pernah disakiti oleh figur penting di dalam keluarga.
“Entah itu kakek, nenek, orang tua atau kakak dan adik, dan bisa juga karena lawan jenis dari pacar-pacarnya terdahulu yang mengakibatkan trauma padanya, sehingga merasa lebih nyaman dengan sesama jenis,” tutur ia menambahkan.

“Ketiga adalah pergaulan, di sini mereka sebenarnya normal ‘tidak membawa hormon genetika tersebut seperti nomor 1 tadi’ akan tetapi karena pergaulan akhirnya ia terbawa. Dan itu masuknya ke dalam teori dasar psikologi. Jadi yang tadinya tidak seperti itu, tapi karena adanya proses pembelajaran lingkungan maka ia jadi seperti itu,” papar ia menambahkan.
Clinical case supervisor dari Universitas Atma Jaya ini kembali menerangkan, bahwa untuk waktu tertentu seseorang bisa menjadi homo seksual sendiri itu kembali pada tiga hal. Yakni, biologis atau bawaan dari lahir di mana pria lebih feminim dan wanita lebih tomboi atau maskulin.

“Akan tetapi biasanya tidak semua menjadi seperti itu (homo). Sedangkan untuk yang kedua dan ketiga itu jika trauma pasti saat remaja setelah mengalami trauma atau pernah mengalami hal-hal ‘traumatic’ dalam dirinya yang menyebabkan meletusnya atau meledaknya homoseksualitasnya. Sedangkan untuk lingkungan pergaulan itu sudah pasti dewasa,” tandasnya.

3. Contoh Kasus Faktor Psikologis

Bagi sebagian orang, bekerja adalah passion. Ketika orang tersebut mendapatkan kepuasan dari apa yang dikerjakannya, maka tidak ada hal lain lagi yang lebih penting untuk didapatkan. Termasuk, pujian dari atasan.

Tapi tentunya nggak semua demikian. Ada juga yang menganggap pujian dan apresiasi dari atasan sebagai hal yang mutlak diberikan, ketika seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan apalagi memuaskan. Kadang terasa menyebalkan bila sudah bekerja maksimal, tapi tidak ada tanda-tanda atasan terpuaskan.

"Kalau misalnya kamu merasa nggak tahu nih, harapannya apa, ekspektasinya apa? Kamu boleh komunikasikan secara asertif kepada bos kamu," saran Talissa Carmelia, psikolog klinis dari Personal Growth.


4. Contoh Kasus Faktor Budaya

Untuk mempertegas toleransi antara umat beragama di Maluku, Kabupaten Buru menggelar Festival Bupolo di Jalan Simpan Lima, Kota Namlea, Rabu 11 Oktober 2017 sore. Kegiatan ini mengakomodir seluruh golongan, budaya, ras, dan agama.

Bupati Buru Ramly Umasugi saat melepaskan peserta Festival Bupolo mengatakan, identitas keberagaman harus dilestarikan demi tercapainya subuah karakter bangsa yang beradab. Apalagi di Pulau Buru banyak suku, agama dan golongan hidup saling berdampingan.

“Di tanah Bupolo, terdiri dari berbagai agama, suku, dan golongan. Untuk merawat perbedaan ini tetap rukun dalam satu bingkai perdamaian, kita selalu memperlakukan mereka secara adil dengan tidak menghilangkan identitas masing-masing,” kata Umasugi.

Menurut dia, festival yang dilakukan selain untuk menyambut HUT ke-18 Kabupaten Buru, juga untuk menunjukan pesona Bupolo dan mempertegas toleransi kepada khalayak Maluku. Dia mengatakan, dengan merawat keragaman, Maluku dan Indonesia akan mencapai tujuan hidup yang harmonis dan sejahtera, tanpa dihantui rasa takut.


“Saya ajak seluruh masyarakat agar tetap menjaga hubungan kemanusian ini. Berbeda identitas dan keyakinan, bukan berarti kita juga berbeda. Namun, tetap menjadi modal untuk merawat kebhinekaan kita,” ujarnya.

src:
- https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181130171707-78-350318/terus-menguat-rupiah-sentuh-rp14302-per-dolar-as 

- https://www.aktual.com/psikolog-ini-penyebab-seseorang-bisa-jadi-homo-atau-lesbian-1/

- https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4320910/ketika-kerja-adalah-passion-perlu-nggak-sih-ada-pujian-dari-atasan?_ga=2.114861570.428657829.1543595046-1573256132.1543595046

- https://daerah.sindonews.com/read/1247691/174/festival-bupolo-pertegas-nilai-toleransi-di-maluku-1507789816

0 komentar:

Posting Komentar

Comments